Got Dropped into a Ghost Story Still Gotta Work
Chapter 2.1
TL: Aninsane
***
[Perhentian berikutnya adalah Stasiun Kebencian, Stasiun Kebencian.]
[Pintu sebelah kanan akan terbuka...]
Keheningan yang menyesakkan memenuhi area kereta bawah tanah.
Aku juga ikut diam.
Meskipun aku sudah tahu cerita hantu ini, tapi aku adalah tipe orang yang terkejut cuma dengan melihat gambar thumbnail YouTube horor—biasanya langsung aku klik 'Tidak Tertarik'.
Dan sekarang aku harus bertahan hidup di cerita hantu ini?
Rasanya pingin langsung mati saja...
Tapi mati tanpa rasa sakit di cerita horor ini hampir mustahil.
Aku bahkan tidak punya energi lagi untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Aku menutupi wajahku dengan tangan, ingin menolak apa yang terjadi.
Lalu, hal itu terjadi.
Kedip.
[Juara 1: Kotak Merchandise Dark Exploration Records]
“…?!”
Aku mendongak.
Sesuatu seperti notepad melayang-layang di depanku.
Aku bisa melihatnya, baik dengan mata terbuka maupun tertutup.
Bentuknya seperti selembar kertas yang disobek dari buku catatan, dengan ujung terlipat, melayang-layang.
"Ini..."
Tunggu dulu. Orang lain sepertinya tidak bisa melihatnya.
Aku menutup mulut lagi.
Menarik perhatian di situasi seperti ini adalah hal yang bodoh.
Kalau begitu… aku diam diam menyentuh notepad yang melayang itu, dengan gerakan senormal mungkin dan tidak terkesan aneh.
Flip.
Notepad itu bergerak sendiri membalik halaman, lalu mengeluarkan suatu benda kecil.
“…!”
Aku cepat-cepat menutupinya dengan tangan sebelum ada yang melihatku.
Benda itu adalah... popsocket.
Popsocket hitam dengan desain sederhana, tidak ada sesuatu yang spesial kecuali simbol X dengan warna emas di tengahnya.
Tapi dengan desain itu saja aku sudah tahu ini apa.
Ini merchandise.
Salah satu merchandise yang dijual di toko popup <Dark Exploration Records> yang aku datangi sebelum aku terbangun di situasi aneh ini!
Ini adalah salah satu barang yang aku beli hari ini.
Dengan tangan gemetar, aku menggenggam popsocket itu.
Di ceritanya… waktu itu membahas kegunaan popsocket apa ya…?
=============
[Memorial Popsocket]
Item kelas C dalam <Dark Exploration Records>.
Ketika ditempelkan ke smartphone, akan menampilkan text yang kamu ingat dengan format halaman yang jelas.
Ini adalah item dasar yang digunakan oleh karyawan level sembilan di Biro Penanggulangan Bencana Supranatural di bawah Kementerian Lingkungan Hidup.
=============
‘Menampilkan ingatan dalam format tulisan…’
Kalau begitu, mungkin?
Tanganku gemetaran.
Aku mengekupas kertas pelingdung perekat popsocket, lalu menempelkannya ke smartphoneku.
Begitu aku menempelkannya, tulisan-tulisan yang sempat aku ingat dalam <Dark Exploration Records> langsung muncul di layar smartphone dengan format halaman yang rapi.
=============
[Selamat datang di Abyss Transpo]
Salah satu kisah horor dalam <Dark Exploration Records>.
Daydream Inc. Kode identifikasi: Qterw-D-16.
Stage awal kegelapan kelas D dengan tingkat kesulitan penyelesaian tinggi. Kisah horor yang terkenal gila. Mencerminkan penderitaan tak berujung Tim Eksplorasi Lapangan.
Total catatan eksplorasi: 86.
=============
“…!”
Kalau begitu… ini artinya…
‘Jadi merchandise yang aku beli benar-benar berfungsi?’
Kalau dipikir-pikir, kotak hadiah merchandise yang aku dapat di event roulette juga menghilang.
‘Jadi… kotak merchandise itu berubah jadi notepad yang akan mengeluarkan merchandise apa saja yang aku beli?’
Situasi gila macan apa ini?
Meskipun begitu, ini menguntungkan buatku.
Dunia yang aku masuki, <Dark Exploration Records>.
Tahu berapa banyak penggila internet yang menuangkan ide ide kreatif mereka dalam dunia cerita ini?
Ada beratus-ratus bahkan ribuan cerita di dalamnya.
Tentu saja, sulit mengingat sekian banyak cerita itu di pikiranku.
Parahnya, cerita-cerita horor yang ada tidak sepenuhnya menunjukkan bagaimana bisa survive.
Kita harus meneliti apa jawaban yang benar dari cerita-cerita yang ada, jadi akan sulit kalau diberikan situasi yang baru.
‘Tapi andai saja aku bisa mencari tulisan yang aku butuhkan sekaligus…’
Maka tulisan yang aku butuhkan adalah…
Catatan pelarian sebelumnya!
Aku langsung men-scroll wiki ini.
Dengan cepat aku membaca bagian ‘3.2 Catatan Eksplorasi’ lalu…
“….”
Aku menyimpulkan.
‘Sekarang aku mengerti.’
Aku tahu sekarang aku harus turun di stasiun mana.
Tapi ada satu masalahnya.
“….”
Aku menoleh pada para penumpang lain di kereta ini.
Ada total delapan orang penumpang, termasuk aku.
Mereka yang awalnya panik setelah melihat dua orang termutilasi di hadapan mereka, akhirnya mulai memberanikan diri berbicara.
“Nama stasiun ini… Stasiun Kebencian… Itu maksudnya rasa benci yang dirasakan waktu orang marah, kan?”
“Yeah…”
“Ha… tidak ada sinyal. Sebenarnya ini kenapa?”
“….”
Benar.
Bagaimana caranya aku bisa meyakinkan orang-orang yang sedang ketakutan dan waspada ini agar mau turun bersamaku?
‘Bagaimanapun caranya, aku ingin membawa orang sebanyak mungkin kabur dari tempat ini bersamaku.’
Aku mengepalkan tanganku.
Kenapa aku tiba-tiba punya pikiran kalau aku perlu menyelamatkan mereka? Mereka kan sebenarnya cuma figuran di cerita horor ini.
Yah, mungkin aku memang masih punya rasa kemanusiaan meskipun ada dalam situasi ini, tapi bukan itu alasan sebenarnya.
Alasan sebenarnya aku sampai putus asa adalah…
‘Aku tidak bisa turun dari kereta ini sendirian!’
Benar sekali.
Stasiun-stasiun ini memang gila.
Bayangkan saja… berjalan sendirian di stasiun yang:
A. Stasiun yang penuh bola mata di mana-mana,
B. Stasiun yang gelap gulita,
C. Stasiun yang semuanya terbalik.
Membayangkannya saja sudah membuatku merinding—aku mungkin bahkan akan merangkak saking ketakutan.
‘Kemungkinan aku bakal pingsan duluan sebelum sampai ke tempat aman? 90% aku yakin!’
Tidak mungkin… seseorang tolong aku.
‘Makanya aku harus meyakinkan mereka!’
Aku membuka mulut untuk berbicara, tapi tidak jadi.
‘Kalau tiba-tiba bicara soal supranatural atau soal kekuatan kegelapan, mungkin aku bakal tampak seperti orang bodoh.’
Siapa yang bakal percaya kalau mereka tiba-tiba dibilangi kalau sekarang adalah cerita horor?
Antara mereka tidak akan percaya dan malah mencemooh, atau mereka justru makin panik dan takut.
‘Pelan-pelan… aku butuh mendapatkan kepercayaan mereka dulu.”
Minimal satu orang lah.
Kalau aku bisa meyakinkan satu atau dua orang, mental bebek orang-orang akan ke-trigger dan mereka akan ikut otomatis.
‘Coba kita lihat… Mana dari orang-orang di sini yang sepertinya bisa jadi sasaran.’
“Ha… ini seperti cerita horor di YouTube.”
Aha! Dapat satu.
“Kamu bilang cerita horor?”
“Ah…”
Wanita berambut pendek dengan pembawaan kalem, mengangguk malu menjawabku.
“Iya… umm, aku nonton cerita horor ini di YouTube, dan ini mengingatkanku soal itu.”
“Bisa kamu ceritakan lebih lanjut lagi? Kayaknya ini memang bukan situasi normal, jadi lebih baik kalau punya informasi dari berbagai sudut pandang.”
“Ini aslinya bukan informasi yang gimana-gimana… Cuma rasanya ini kayak kita lagi ada di cerita horor. Gedung auditorium berubah jadi subway, lalu orang mati begitu saja…”
Wajahnya jadi pucat, sepertinya teringat kejadian orang termutilasi tadi.
Aku paham. Aku juga ingin muntah.
Mari kita alihkan pembicaraan dari mengingat situasi itu.
“Oh… maaf, bukan maksudku untuk…”
“Tidak apa-apa. Aku paham kalau situasi ini memang berat.”
Wanita itu tertawa lemah.
“Kamu terlihat lebih tenang dari orang-orang lainnya di sini.”
Itu karena kamu belum sempat melihat aku bakal panik sampai pingsan.
“Hah?”
Tiba-tiba seseorang mendekat, mengikuti pembicaraan kami.
Aku tahu kenapa.
“Um.. kamu yang tadi duduk di sebelahku, kan?”
Dia adalah pria berambut ikal yang punya wajah polos.
‘Ah, kalau diingat-ingat dia memang duduk di sebelahku tadi.’
Sepertinya karyawan yang ini tidak ikut bicara dengan yang lain. Dia mencoba mendengarkan pembicaraanku dan si wanita, lalu memutuskan untuk ikut bergabung. Pria itu dengan malu-malu mengulurkan tangannya.
“Namaku Baek Saheon.”
“…!”
***
TL: Aninsane
Aku pakai bahasa yang lebih santai di translasi ini. Apa kalian suka guys? (≧▽≦)